Rayakan Keragaman, Perangi Fanatisme Ekstrem
Belum sampai sebulan, euforia “persatuan” dari Asian Games 2018 lalu seakan pupus tanpa bekas, tercoreng oleh oknum-oknum tak sportif yang mengatasnamakan fanatisme pada satu-dua golongan tertentu. Intip pendapat Gudang Furniture dalam uraian berikut!
Kami ingat dengan pasti, beberapa waktu lalu, ketika semua mata terpana pada permainan para atlet kebanggaan Indonesia di laga Asian Games 2018, semuanya seakan damai, tentram, saling mendukung tanpa terkecuali. Tanpa membedakan asal daerah, agama, ras, ataupun pandangan politik masing-masing.
Pun, kami tak pernah menyangka, jika semuanya bisa memudar dengan cepat, seakan semangat persatuan di antara keragaman itu tak pernah ada, hanya mimpi singkat di siang bolong semata.
Pasalnya, tepat pada hari Minggu, 23 September 2018 kemarin, dunia olahraga–khususnya sepakbola–berduka karena lenyapnya nyawa seorang anak muda bernama Haringga, yang merupakan seorang pendukung Persija, klub sepakbola asal Jakarta. Diduga, Haringga dikeroyok oleh para pendukung fanatik tim lawan, yakni Persib, yang berasal dari Bandung.
Jakmania dan Bobotoh memang sudah menjadi “musuh bebuyutan” sejak dulu. Tak hanya korban dari pihak Jakmania, dulu, korban dari pihak Bobotoh pun sempat berjatuhan. Semua mengatasnamakan fanatisme ekstrem.
Ya. Persatuan di atas keragaman yang sempat “berkibar” beberapa minggu lalu menghilang tanpa jejak akibat fanatisme ekstrem tersebut.
Tak hanya dalam bidang olahraga saja, fanatisme ekstrem ini muncul pula dalam sengitnya persaingan politik yang mulai santer dibicarakan di mana-mana, mengingat para calon pemimpin terpilih Indonesia sudah mulai muncul di publik.
Yeoup, para pendukung fanatik masing-masing paslon pun mulai berkoar-koar di media sosial. Banyak yang saling mencaci. Banyak yang saling menghina.
Bahkan, ada pula yang mulai mencari kekurangan di masing-masing paslon, dan tak jarang menyebarkan berita-berita provokatif yang sensitif, namun tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Si A seperti ini, si B seperti itu. Jengah, bukan?
Well, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapi gonjang-ganjingnya perpecahan akibat keragaman ini.
1. Ingat Satu Hal: Setiap Manusia Dilahirkan Berbeda
Kami sering merasa gemas sendiri dengan orang-orang yang terlalu memaksakan keseragaman pola pikir dan selera. Keragaman merupakan sesuatu yang pasti ada di dunia ini, mengingat tak ada satupun orang yang diciptakan sama persis. Bahkan, anak kembar pun bisa memiliki pola pikir, kesukaan, dan sifat yang berbeda. Jadi, kenapa harus susah-susah memaksakan untuk menyamakan pola pikir orang lain dengan pola pikir kita?
2. Ingat Perjuangan Para Pahlawan di Era Kemerdekaan
Rasanya suka miris sendiri, deh. Para pahlawan di era kemerdekaan sudah susah payah menggerakkan seluruh rakyat di tanah air untuk bersatu dan memproklamirkan diri dengan satu nama “Indonesia” dan menghilangkan sifat-sifat kedaerahan masing-masing.
Sekarang, banyak sekali oknum yang menyulut perpecahan hanya karena fanatisme daerah, ras, ataupun pola pikir yang ekstrem. Dan, tak jarang, perpecahan dimulai dari adu komentar di media sosial.
Jadi, dengan segala kemudahan teknologi komunikasi seperti sekarang ini, kenapa “mental” kita malah mengalami kemunduran? Mengapa rasa persatuan yang sudah sulit ditanamkan itu bisa dihancurkan dengan mudahnya?
3. Berhenti Menyalahkan Satu Sama Lain
Tak jarang, perpecahan timbul karena adanya sikap saling menyalahkan, seperti, “Tuh, kan, salah si A makanya terjadi hal ini!” ataupun “Udahlah, semua terjadi kaya gini gara-gara paslonnya si B nih”.
That’s enough! Sebuah kondisi atau masalah tak akan terpecahkan jika hanya saling melemparkan tanggung jawab. Ingat, kesalahan bisa saja dilakukan siapapun tanpa terkecuali, namun yang terpenting, adalah bertanggung jawab pada kesalahan tersebut, dan berusaha memperbaikinya sebisa mungkin.
4. Jangan Mudah Percaya Berita Hoax
Berita hoax bisa menyebar lebih cepat di media sosial ataupun aplikasi chat yang Anda miliki. Biasanya, hoax menyebar dari satu grup medsos atau grup chat ke grup chat yang lain. Lantas, bagaimana cara membedakan berita hoax dengan berita yang sesuai fakta?
Biasanya, berita hoax ini bersifat provokatif dan memojokkan satu pihak, tanpa sumber berita atau narasumber yang valid dan netral. Bijaklah dalam memilih berita yang harus Anda percayai, ataupun yang harus Anda hindari. Jangan dulu menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya dalam linimasa medsos Anda ataupun ke grup chat Anda.
5. Biasakan “Hidup” Dalam Keragaman
Banyak orang yang senang hidup dalam keseragaman. Namun, tak begitu adanya dengan kami. Kami–tim Gudang Furniture–terbiasa hidup dalam keragaman, sehingga kami terbiasa untuk mencintainya, untuk menghargainya.
Tak masalah, bukan, bila kita hidup dalam lingkungan yang terdiri dari orang-orang dari bermacam-macam daerah asal, dengan selera dan kesukaan yang bervariasi, dengan memeluk keyakinan yang berbeda-beda pula?
***
Jadi, perbedaan, keragaman, varietas merupakan hal-hal yang harus dirayakan, harus dihormati; bukannya menjadi sumber perpecahan sepele yang berujung akibat yang lebih fatal, bukan?
Yuk perangi sikap fanatisme ekstrem tersebut demi kenyamanan hidup kita sendiri! Let’s get together! Let’s love each other!