Mitos Kantor Konvensional, Bisa Didobrak dengan Inspirasi Berikut, Lho!
Banyak anggapan salah tentang ketentuan interior kantor konvensional. Kantor tidak boleh “main” warna, interior kantor harus selalu serius, dan lain sebagainya. Padahal, kini, banyak hal yang bisa dieksplorasi dari interior kantor. Intip referensi dari Gudang Furniture berikut, yuk!
Seorang pria berjalan gontai dari dalam ruang kantornya yang membosankan: nuansa abu-putih, kubikal tertutup, dan tumpukan pekerjaan yang memenuhi meja.
Wajah lesu dan kantung matanya melengkapi tampilannya ketika bekerja–kemeja putih dan dasi rapi. Rambut-rambut halus menyembul berantakan, menandakan tingkat stress yang ia miliki saat itu.
Itulah cuplikan adegan dari “Fight Club”, salah satu film garapan David Fincher, yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Chuck Palahniuk.
Alkisah, sang pria tersebut lambat laun mengidap penyakit Schizophrenia, yakni gangguan mental jangka panjang yang menyebabkan pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan sikap secara drastis.
Kejenuhan, kemonotonan hidup, dan ketidakpuasan pada diri sendiri yang terpendam secara terus menerus, membuat penyakit tersebut tumbuh dengan sendirinya.
Hal-hal tersebut tak semata-mata disebabkan oleh tumpukan pekerjaan, serta jenis profesi yang digeluti saja. Desain interior kantor yang membosankan pun berperan untuk menyusutkan semangat kerja dan produktivitas.
Beragam Mitos Kantor Konvensional dan Pendobraknya
Sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan, bahwa sebuah ruang kantor harus selalu “serius” dan kaku.
Pasalnya, hal ini merupakan “buah” dari penyesuaian karakter generasi baby boomers, serta asuhannya–generasi X–yang relatif kaku dan tidak “bebas” dalam berpikir serta mengungkapkan pendapat.
Padahal, kebanyakan pekerja yang tengah merintis karir pada masa-masa ini berasal dari generasi Y (lahir pada tahun 1981-1994), yang memiliki karakter kritis, penuh inovasi dan ide segar, serta mulai menguasai teknologi informasi secara cepat.
Alhasil, mitos-mitos kantor konvensional tersebut boleh “didobrak” bukan?
Apa saja sih mitos yang bisa didobrak, dan seperti apa bentuk “gebrakan”-nya?
1. WARNA KANTOR HARUS MONOKROM
Tak selamanya, sebuah ruang kantor harus diwarnai nuansa monokrom yang dipenuhi warna netral. Berikan sentuhan warna-warna cerah dalam porsi dan lokasi yang tepat.
Salah satu contohnya adalah inspirasi di atas, yakni kantor Confidential Client di San Jose, yang memiliki aksen warna-warni di area plafon yang memikat perhatian.
2. KURSI KANTOR HARUS SELALU SERAGAM
Kini, penerapan warna dan bentuk kursi kantor tak harus selalu seragam dalam seluruh ruangan, kok! Anda bisa menerapkan perbedaan jenis dan warna kursi kantor sesuai zona divisi yang berbeda.
Bahkan, dalam ruang meeting pun, Anda bisa menerapkan kursi dalam beragam warna, seperti inspirasi pada di Warsawa ini.
3. BENTUK FURNITURE SELALU KAKU
Pada umumnya, furniture kantor memiliki desain yang standar, bentuk kaku dan monoton. Namun, Anda boleh-boleh saja bila ingin melakukan “permainan” bentuk pada kantor Anda, lho!
Anda bisa mengadaptasi bentuk-bentuk lengkung yang disusun oleh material yang mumpuni juga. Salah satu inspirasinya adalah Smart Dubai Office, yang memiliki bentuk partisi ruang penuh lengkungan.
4. TAMPILAN FORMAL PADA FURNITURE KANTOR
Makin ke sini, makin banyak pekerja yang membutuhkan fleksibilitas ruang kerja, serta area kerja yang cozy layaknya di kedai kopi. Pasalnya, kenyamanan merupakan faktor utama pembangun produktivitas, bukan?
Oleh karena itu, jika Anda ingin menuntaskan kebosanan pada ruang kerja Anda, singkirkan bayangan tampilan formal pada furniture kantor, karena Anda bisa menciptakan kantor jaman Now dengan furniture yang lebih santai dan kasual.
Salah satu contohnya adalah kantor yang memanfaatkan keberadaan tangga sebagai kursi-kursinya, serta warna-warni “ceria” sebagai penghias sofanya.
***
Jadi, tak selamanya ruangan kantor bersifat kaku dan monoton, bukan? Anda bisa mencari dan memesan furniture custom sesuai kebutuhan Anda bersama Gudang Furniture juga, lho!
Semoga terinspirasi, ya!