Portfolio Kami

Lihat sekarang untuk ide kantor kamu
Artikel Menarik, klik disini
Konsultasi Gratis
untuk Hunian dan Kantor kamu, klik disini
Tertarik jualan di Gudang Furniture?
daftar jadi merchant kami, klik disini
Masukan kode OTP
Daftar
No. Handphone Kamu
Email kamu
Nama Kamu
Buat akun
Masukan Password
Daftar
Masukan kode OTP
Daftar
dengan mendaftar, saya menyetujui Syarat dan Ketentuan juga Kebijakan Privasi di Gudang Furniture
Menu Utama
Atur Ulang kata sandi kamu disini
Masukkan e-mail atau nomor HP yang terdaftar. Kami akan mengirimkan kode verifikasi untuk atur ulang kata sandi.
Sub Kategori
Artikel
Tren “Minimalis”, Sesuaikah dengan Karakter Anda?
di posting 2019-03-03

Tak hanya istilah yang digadang-gadangkan para pelaku properti, minimalis memiliki makna yang lebih dalam dari itu. Bagi Gudang Furniture, minimalis adalah prinsip, gaya hidup, pola pikir, dan cara pandang.

Seorang lelaki muda berlapiskan jas hitam serta dasi warna senada menyapa orang-orang yang lewat di depannya.

“Mari dilihat dulu, Pak, properti di wilayah X ini sangat strategis. Desain rumahnya modern minimalis dan dijamin membuat betah,” ujarnya sembari memberikan brosur berisi gambar rumah dengan bentuk serba “kotak”.

Ya, istilah “minimalis” memang kerap kali menjadi materi dagang yang diterapkan oleh para pelaku bisnis properti ataupun furniture. Hal ini pula yang biasanya membutakan para calon pembeli. Menurut mata pasar—yang dibentuk oleh permainan iklan, media, dan situs-situs pencari gambar lainnya—minimalis merupakan salah satu desain yang digemari khalayak. Keren, praktis, dan murah, katanya.

 

Pic Source : Pinterest.com

 

Padahal, makna dari istilah “minimalis” tidaklah se-receh itu. Sebagai contohnya, Jepang merupakan negara yang kental akan konsep minimalis dalam kesehariannya, mengingat adaptasi ajaran Buddhisme Zen yang menghindari sikap konsumtif secara berlebihan.

Hal ini sejalan dengan prinsip modernisme yang dikemukakan oleh arsitek Ludwig Mies van Der Rohe, yakni “less is more”. Semakin sederhana, maka hal tersebut akan semakin bermakna dan semakin tinggi nilainya.

Apakah Pengertian Minimalis?

 

Pic Source : Pinterest.com

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minimalis berarti berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan terbaik.

Jika dirunut secara perlahan, minimalis merupakan istilah yang bisa digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari bidang arsitektur/interior, bidang kesenian, hingga pola kehidupan. Namun, semua ragam definisi tersebut memiliki satu diksi yang menjadi benang merah : kesederhanaan.

Sebagai gaya hidup, minimalis sendiri memiliki karakter yang bertolak belakang dengan sifat konsumtif. Gaya hidup minimalis berarti memaksimalkan kebutuhan hidup tanpa membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Semakin sedikit barang yang kita miliki, semakin berkurangnya sikap konsumtif yang kita terapkan setiap hari, maka beban kehidupan akan semakin minim pula.

Sedangkan untuk konsep desain—yang sering digadang-gadangkan oleh para pebisnis properti—minimalis sendiri berarti mengutamakan kesederhanaan bentuk dalam elemen-elemen ruang, untuk memaksimalkan fungsi ruang itu sendiri.

Salah Kaprah Tentang Penerapan Konsep Minimalis

 

Pic Source : Pinterest.com

 

Sayangnya, karakter konsep minimalis yang minim profil dan minim permainan bentuk sering disalahartikan sebagai desain yang “mudah” dirancang oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang tidak berprofesi sebagai desainer interior ataupun arsitek sekalipun.

Padahal, desain minimalis itu harus merespon kebutuhan manusia akan ruang, dengan memaksimalkan elemen-elemen yang ada di sekelilingnya, seperti luas serta tinggi ruang dengan sirkulasi yang nyaman, furniture yang serba fungsional, hingga keberadaan bentuk-bentuk multifungsi di dalamnya.

Dan, satu hal yang sering dianggap salah kaprah tentang desain minimalis sendiri, adalah kesesuaian konsep tersebut dengan gaya hidup pemakainya. Apabila seseorang menggunakan konsep minimalis dalam ruangan, baik itu hunian ataupun kantor, tetapi barang-barang yang ia miliki tidaklah menyesuaikan dengan prinsip minimalis, maka desain tersebut hanya bersifat “semu”.

Pasalnya, jika seseorang bergaya hidup maksimalis, maka ia pun cenderung memiliki banyak koleksi barang yang sebenarnya tak dibutuhkan, namun selalu memiliki alasan untuk menyimpannya—mulai dari kentalnya memori bersama sang barang, hingga ranah pamer pada sesame pemilik gaya hidup maksimalis.

Dan, tentu saja, hal ini tak bisa diterapkan dalam konsep ruangan minimalis yang “bebas” dari ornamen dan aksen berlebihan. Ruangan minimalis Anda akan dipenuhi barang-barang yang sesungguhnya hanya menjadi “korban” dari sikap konsumtif Anda, sehingga hanya akan menjadi ruang minimal(a)s.

Atau mungkin, Anda akan memerlukan sebuah ruang gudang berantakan pengoleksi debu yang akan memuat barang-barang koleksi Anda yang tak terlalu dibutuhkan.

Tren Minimalis dan Decluttering

 

1_25jIKIBqYrIIK2NsIzbLGQ.jpeg

 

Beberapa tahun belakangan ini, tren gaya hidup minimalis mulai dikenal di kalangan khalayak tanah air. Pasalnya, gaya hidup minimalis ini sudah didokumentasikan dalam berbagai bentuk media, mulai dari film dokumenter hingga buku-buku ternama.

Film dokumenter berjudul “Minimalism : A Documentary about The Important” yang disutradarai Matt D’Avella ini mengangkat kisah dua orang sahabat bergaya hidup minimalis asal Amerika Serikat. Dengan kehidupan yang serba sederhana—bukan karena mereka tak mampu—mereka bertahan di antara merebaknya iklan di sana-sini, yang menawarkan sikap konsumtif dalam segala bidang.

Dengan pola pikir yang cukup ekstrem, mereka mencoba untuk bertahan hidup dengan benda-benda yang benar-benar mereka butuhkan. Namun, salah satu kutipan yang cukup menyentil terkuak dari film dokumenter ini : living a simple life with less items means more.

 

Marie Kondo, penulis dan tidying-expert asal Jepang yang membuat tren decluttering menjamur.

 

Selain film dokumenter tersebut, hidup minimalis juga mulai melejit karena pengaruh seorang perempuan asal Jepang bernama Marie Kondo. Dalam bukunya yang berjudul “The Life Changing Magic by Tidying Up”, Marie Kondo mengemukakan metode-metode decluttering (beres-beres) yang dikemas dalam bentuk efisien dan menyenangkan, yang kemudian ia namai dengan KonMari.

Dalam metode ini, ia menganjurkan cara decluttering dengan hal-hal yang sejalan dengan gaya hidup minimalis, yakni menyimpan barang-barang yang hanya memancarkan kebahagiaan, dan mulai “berdamai” dengan benda kenangan. Maksud dari berdamai ini adalah mencoba melepas beban kenangan yang tak akan membawa Anda bahagia, dengan merelakan barang tersebut untuk “pergi” dari area pribadi Anda.

Bukankah hal ini sejalan dengan prinsip dasar hidup minimalis, yang hanya menyimpan barang-barang yang kita butuhkan?

Sesuaikah Konsep Minimalis dengan Gaya Hidup Anda?

 

Pic Source : Archdaily.com

 

Yang menjadi pertanyaannya, apakah Anda akan menerapkan konsep minimalis, meskipun sebenarnya Anda tak memiliki gaya hidup minimalis, dan tak pernah berniat untuk mengganti gaya hidup tersebut?

Sebenarnya, tidaklah masalah jika Anda menjalani gaya hidup minimalis ataupun maksimalis sekalipun. Pasalnya, gaya hidup merupakan sebuah pilihan hidup, tergantung selera, latar belakang, ataupun karakter kepribadian Anda. Pun, para penggiat gaya hidup minimalis pun tak pernah melarang adanya sikap konsumtif, hanya saja, gaya hidup ini lebih membatasi konsumsi benda berlebihan yang tidak dibutuhkan.

Menjadi seorang maksimalis pun tidaklah buruk. Anda tetap bisa menjadi seorang maksimalis yang rapi, yang menata segala sesuatunya secara apik dan terorganisir, sehingga tak melahirkan stress dalam pikiran Anda akibat melihat ruangan yang berantakan, serta tumpukan “kenyataan” di depan mata.

 

Contoh ruang untuk karakter maksimalis. Pic Source : Boholuxehome.com

 

Yang pasti, sesuaikan gaya hidup dan karakter Anda dengan konsep desain yang akan Anda pilih dalam hunian ataupun kantor Anda.

Jika Anda memang masih gemar mengoleksi barang berdasarkan memori—entah itu memori baik ataupun buruk—Anda bisa mengadaptasi desain-desain maksimalis yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Anda bisa menambahkan banyak rak di setiap ruangan Anda, untuk menyimpan koleksi-koleksi Anda, ataupun menaruhnya dalam lemari tertutup yang bentuknya tersamar menyerupai dinding.

Namun, jika Anda memilih untuk belajar menjadi seorang minimalis, ada baiknya Anda mulai belajar memilah benda-benda yang Anda butuhkan dan yang harus Anda hibahkan pada pihak lain. Mulailah memilih benda yang hanya akan memberikan kebahagiaan, dan menjauhi benda-benda yang tidak Anda butuhkan. Mulailah mengurangi koleksi barang dari ruangan Anda, sehingga fungsi ruang yang sebenarnya pun bisa terpenuhi.

Jadilah diri Anda sendiri, dengan menerapkan desain yang sesuai bagi karakter Anda secara personal. Jangan memaksakan diri dengan sebuah tren yang sedang populer, namun menjadikan Anda terbebani karenanya, ya!

Semoga uraian di atas bisa bermanfaat, dear Netter!

WhatsApp